Translate

Senin, 07 April 2014

Alasan Tidak Meniup Makanan Ketika Makan Secara Ilmiah



Assalamu’alaykum.

Sudah benarkah cara makan kita ? Tahukah, jika makanan yang terhidang masih panas tidak boleh di tiup? Makanan dan minuman bagi kita adalah sarana untuk menjaga kesehatan agar terus kuat beribadah kepada Allah dalam menjalankan rutinitas keseharian. Karena itulah, kita harus selalu berusaha untuk menjaga makanannya agar sehat dan baik, baik cara mendapatkannya, jenisnya dan adab-adabnya dalam makan.

Bagi seorang muslim, makan dan minum tidak sebatas untuk memuaskan nafsu belaka, karena mereka makan dan minum disaat lapar dan haus saja. Hal ini seperti riwayat “Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang!”.
Perlu kita ketahui beberapa kebiasaan kita yang sebenarnya merupakan hal yang sederhana tetapi begitu memiliki dampak yang luar biasa pada kesehatan, di antara adabnya adalah tidak bernafas dan meniup minuman.

Saat kita meniup makanan/minuman yang panas tersebut, reaksi yang terjadi adalah kita akan mengeluarkan gas CO2 dari dalam mulut. Menurut reaksi kimia, apabila uap air bereaksi dengan karbondioksida akan membentuk senyawa asam karbonat (carbonic acid) yang bersifat asam.

Sebagaimana yang diketahui, air memiliki nama ilmiah H20. ini berarti di dalam air terdapat 2 buah atom hidrogen dan satu buah atom oksigen yang mana 2 atom hidrogen tersebut terikat dalam satu buah atom oksigen. Dan apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan karbon dioksida (CO2).

Dan apabila karbon dioksida (CO2) bercampur dengan air (H20), akan menjadi senyawa asam karbonat (H2CO3). Zat asam inilah yang berbahaya bila masuk kedalam tubuh kita.

H2O + CO2 => H2CO3

Perlu kita tahu bahwa didalam darah  terdapat H2CO3 yang gunannya  mengatur pH (tingkat keasaman) di dalam darah. Darah adalah Buffer (larutan yang dapat mempertahankan pH) dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan dengan basa konjugasinya berupa HCO3- sehingga darah memiliki pH sebesar 7,35 – 7,45 dengan reaksi sebagai berikut:

CO2 + H20 <= H2CO3 => HCO3- + H+

Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Adanya kelainan pada mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.

Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.

Sedangkan Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Saat  dimana makanan kita tiup, karbondioksida dari mulut kita akan berikatan dengan uap air dari makanan dan menghasilkan asam karbonat yang akan mempengaruhi tingkat keasaman dalam darah kita sehingga akan menyebabkan suatu keadaan dimana darah kita akan menjadi lebih asam dari seharusnya, sehingga pH dalam darah menurun, maka terjadilah ASIDOSIS.

Saat  pH darah menurun, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.

Kemudian, ginjal kita juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.

Tetapi kedua mekanisme tersebut tidak akan berguna jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam (saat kita terus menerus memasukkan makanan/minuman dengan tiupan tadi), sehingga terjadi ASIDOSIS BERAT.

Bila asidosis semakin memburuk, penderita akan mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin terus memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan bahkan kematian.

Dari Ibnu Abbas: “Sesungguhnya Nabi Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum!”. (Hadits Riwayat Al-Tirmidzi).

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi mengatakan: “Larangan bernafas dalam wadah air minum adalah termasuk etika karena dikhawatirkan hal tersebut mengotori air minum atau menimbulkan bau yang tidak enak atau dikhawatirkan ada sesuatu dari mulut dan hidung yang jatuh ke dalamnya dan hal-hal semacam itu!”.

Sungguh sangat jelas bahwa setiap yang disyari’atkan dan dituntunkan pasti mendatangkan kebaikan dan setiap yang dilarangnya pasti mendatangkan mudhorot. Dan apabila seorang muslim mengetahui hikmah dari sebuah syari’at, maka dia akan semakin mantap dalam mengamalkannya. Dan apabila belum mampu menyingkapnya, maka keterangan dari Al-Qur’an dan Sunnah sudah mencukupi.

Dari sini juga semakin jelas hikmah dari larangan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam agar ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas. Hal ini karena ketika kita minum langsung banyak (habis satu gelas), maka ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas!

*AHC_admin








Sumber :
http://websitedada0.wordpress.com/2013/02/11/kenapa-makanan-dan-minuman-diharamkan-untuk-ditiup-tiup/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar