Translate

Rabu, 02 April 2014

Apakah Saya Harus Jadi Pemarah ?



Assalamu’alaykum..

Sebelum masuk pada bahasan artikel ini, Perlulah kita mengingat tentang sebuah kisah yang Nabi sabdakan. Suatu hari seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad Salallahu’alaihi Wasallam. Ia meminta nasihat dan Nabi berpaling kepadanya, lalu beliau bersabda dengan berulang-ulang: “Jangan pernah marah!” (HR Bukhari)
Mungkin hanya pesan singgat, namun memiliki makna yang sangat baik. Semua berawal dari perasaan “marah”. Baginda Nabi melarang kita marah, karena marah membuat kita tidak bisa mengontrol emosi. Bisa jadi marah kita menyakiti hati orang lain, atau membuat penyesalan di akhir pada diri sendiri ketika disaat marah tersebut, tanpa sadar kita berbuat suatu hal yang merugikan.

Hal ini kemudian diperjelas oleh penelitian ilmiah yang menekankan bahwa kemarahan, secara psikologis dan rangsangan neorotik, memiliki pengaruh yang lebih besar daripada berlari dalam hal meningkatkan denyut jantung dan memompa lebih banyak darah dan lebih cepat. Namun, marah tidak seperti berlari, pelari bisa berhenti jika dia mau, sedangkan marah tidak dapat dikuasai dengan mudah, terutama jika orang tersebut tidak terbiasa. Kemudian apa yang bisa terjadi?

Secara klinis terbukti bahwa orang-orang yang melampiaskan kemarahan dapat dengan mudah menderita hipertensi dan arteriosklerosis karena tekanan darah menjadi terlalu tinggi, sedangkan pembuluh darah kehilangan kemampuan untuk memperluas diri untuk menampung tambahan darah yang terpompa. Selain itu ada juga dampak psikologis dan sosial yang dapat merusak hubungan manusia.

Di sisi lain, Dr.Ahmed Shawki Ibrahim, anggota dari Royal Society of Medicine di London dan konsultan kardiologi internal medicine, mengatakan bahwa kodrat manusia ditandai oleh kecenderungan dan perilaku yang berbeda. Sebagai contoh, keinginan jasmani mengarah kepada kemarahan, sifat dominan dilambangkan oleh kecenderungan terhadap kesombongan dan keangkuhan sementara mengikuti hawa nafsu seseorang menghasilkan kebencian dan keengganan untuk orang lain.

Secara umum, di samping penyakit-penyakit psikologis dan fisik lain seperti diabetes dan angina, menurut penelitian ilmiah dan menurut Dr Shawki, mengafirmasi kenyataan bahwa kemarahan yang terus-menerus dapat mempercepat kematian manusia.

Nabi Muhammad Saw. memerintahkan kita untuk menahan diri jika marah karena setiap tindakan di waktu marah itu dapat membawa penyesalan ketika tenang.

Alquran menggambarkan amarah sebagai kekuatan jahat yang memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Ketika Nabi Musa kepada kaumnya, maka ia marah, lalu dilemparnya lembaran-lembaran kitab suci, lalu ia menarik kepala saudaranya. Kemudian ketika amarah Musa mereda, maka beliau mengambil lembaran-lembaran kitab suci tersebut. Tampak jelas perbandingan antara kedua kondisi tersebut.
Jadi, apa yang kita butuhkan adalah kontrol diri setelah iman yang kuat dan kepercayaan kepada Allah, Pencipta kita. Petunjuk Nabi Saw. mengajarkan kepada kita bahwa kekuatan itu identik dengan ketenangan, bukan kemarahan yang tak terkontrol.

Obat penenang juga tidak dapat menjadi solusi, karena efeknya justeru negatif.

Penggunaan obat penenang sering mereka dapat menjadikan kecanduan sehingga tidak dapat dihentikan. Cara mengatasinya adalah dengan mengubah perilaku manusia itu sendiri dalam menghadapi masalah sehari-hari, yaitu dengan ketenangan dan kehalusan, bukan dengan marah. 

Dr. Shawki menambahkan bahwa ada dua terapi psikologis untuk meredakan kemarahan:
Pertama: mengurangi kepekaan emosional dengan melatih pasien, di bawah pengawasan medis, untuk bersantai jika bertemu dengan situasi sulit sedangkan ia tidak merasakan kegembiraan.

Kedua: melalui relaksasi psikologis dan fisik, sembari mengingat pengalaman yang paling sulit dan mengubah posisi fisik, yaitu berdiri, duduk atau berbaring. 

Cara menghilangkan marah - Rasa marah/emosi adalah salah satu sifat alamiah manusia, manusia akan mengalami rasa marah ketika keinginannya tidak sesuai dengan harapan, ketika mendapat tantangan yang begitu besar sampai gangguan dari pihak-pihak yang tidak diinginkan. Sering marah datang dengan tiba-tiba tanpa ada keinginan dari orang yang marah, sehingga tak jarang pula amarah seseorang kepada orang lainnya dapat menimbulkan efek negatif nantinya. Terkadang orang yang marah akan merasa malu ketika telah marah kepada seseorang. Terkadang orang menganggap bahwa dengan meluapkan amarah akan membuat masalah bisa selesai, tetapi sesungguhnya  meluapkan rasa marah itu justru akan memperburuk keadaan yang sedang terjadi.

Di bulan puasa nanti umat muslim wajib menahan segala bentuk rasa marah sebab dapat membuat ibadah puasa menjadi makruh dan bahkan bisa menjadi batal. Selama bulan puasa tentunya menahan amarah bisa menjadi lebih berat mengingat dalam keadaan lapar orang sangat mudah merasa marah/emosi. Menghilangkan rasa marah dengan seketika memang terkadang terasa sulit, untuk bisa menghilangkan rasa marah dibutuhkan beberapa cara-cara yang cukup mudah.

Cara menghilangkan rasa marah
1. Berdiri , duduk, baring.
Salah satu hadis Rasulullah SAW tentang marah adalah dengan duduk ketika marah dalam keadaan berdiri, dan baring jika sedang marah dalam keadaan duduk. Tetapi jika kamu masih marah maka berwudhulah. Hadis Rasululah SAW ini sangat ampuh digunakan untuk menghilangkan rasa marah, hal ini juga terbukti secara ilmiah, dimana ketika sedang berdiri maka aliran darah menuju jantung sangat kuat, sedangkan ketika sedang   duduk alirannya menjadi lemah, begitupun saat berbaring aliran darah ke jantung menjadi sangat lemah. Inilah alasan mengapa orang tua yang sedang marah biasanya akan langsung berdampak pada jantungnya.

2. Sabar melawan rasa marah.

Di dalam Ajaran Agama Islam, perang terbesar umat manusia saat ini adalah perang melawan hawa nafsu, sedangkan rasa marah timbul diakibatkan oleh hawa nafsu sesaat. Berusaha untuk tetap bersabar merupakan jalan terbaik ketika kamu marah kepada seseorang, dengan bersabar maka perlahan-lahan hati dan pikiran kamu menjadi dingin dan jernih kembali  menghadapi masalah yang sedang terjadi.

3. Ingat segala kebaikan orang lain

Biasanya marah selalu disertai dengan tindakan, apakah itu caci maki maupun pukulan pada bagian tubuh orang yang kita marahi. Ketika sedang marah tersebut berusahalah sekeras mungkin untuk mengingat hal-hal kebaikan yang pernah orang itu lakukan kepadamu. Maka dengan seketika rasa amarah di dadamu akan langsung padam seperti api yang disiram air, cara ini sering saya lakukan ketika sedang marah, sebab seberat apapun kesalahan seseorang kepada kita tetap ia juga pernah berbuat baik kepada kita, ingatlah selalu hal itu.

4. Ingat segala keburukan yang akan terjadi.

Ketika kamu sedang marah, maka ingatlah segala bentuk keburukan yang akan terjadi seperti hal-hal yang tidak diinginkan. Ingatlah apa yang akan terjadi dengan orang akan kamu marahi, apakah ia akan merasa lebih baik atau justru merasa lebih buruk? Walaupun memarahi orang dengan tujuan untuk membuatnya menjadi lebih baik terkadang berdampak sebaliknya justru membuatnya menjadi lebih buruk.

5. Ingatlah jika ia yang marah kepadamu.

Apakah kamu menyukai ketika dimarahi? coba renungkan kembali jika seandainya orang yang kamu marahi itu justru yang memarahi kamu.  Apakah kamu akan merasa takut dimarahi atau tidak?
itulah 5 cara menghilangkan rasa marah dalam sekejap.Semoga kita semua menjadi pribadi yang pemaaf apalagi menjelang bulan suci ramadhan 2012. Kini saatnya kita saling memaafkan atas segala kesalahan kita sebelum tiba bulan ramadhan, bukan sebaliknya meminta maaf di hari raya.

Langkah-langkah Ilmiah dan praktis untuk pengobatan emosional kronis
1 – Selama lebih dari setengah abad yang lalu Para psikolog menegaskan bahwa ada langkah mendasar yang harus dilakukan untuk mengatasi emosi, yaitu pengakuan adanya ketidakseimbangan atau penyakit. Karena emosi psikologis jika terus berkembang maka akan menjadi penyakit yang terus menghantui diri seseorang sepanjang hidupnya, dan penyakit ini tidak akan bisa sembuh kecuali dengan adanya pengakuan bahwa penyakit ini ada dalam dirinya dan harus bergerak cepat untuk melakukan langkah penyembuhannya.
Ini adalah fakta ilmiah dan bukan pendapat para psikolog, atau sekedar teori yang bisa salah dan bisa benar, hal demikian terjadi karena para ilmuwan telah menegaskan akan fakta ini, atau secara nyata seseorang dapat berkomunikasi dengan dirinya setelah muncul emosi secara langsung dan mencoba mengakui terhadap dirinya bahwa dirinya sangat cepat dan melakukan kesalahan dalam emosi ini. Ini adalah langkah yang paling penting dalam pengobatan emosi.
2 – Langkah kedua dan juga sangat penting serta sebagai komplementer untuk yang pertama adalah mencoba memberikan pesan kepada dirinya dengan mengatakan kepadanya: "Aku harus menghentikan emosi, karena ini merupakan tindakan salah dan mengakibatkan hasil yang tidak baik serta menyebabkan banyak malu."
Pesan ini harus diulang dan merasakan adanya kepuasan terhadapnya, dengan kata lain harus meniatkan diri untuk tidak kembali pada sikap emosi yang dapat merugikan dirinya sendiri.
3 - Ada langkah praktis lain yang harus dilakukan oleh orang yang "emosional" yaitu memulai segera secara aplikatif bersikap toleran dan pemaaf terhadap orang lain. Dalam penelitian telah ditemukan bahwa manusia yang paling panjang usianya adalah orang yang paling toleran dan pemaaf! Jadi, Anda harus memiliki kemampuan untuk mentolerir dan memaafkan orang-orang yang menyakiti, menyinggung atau mengganggu Anda. Karena tanpa langkah ini, Anda  tidak akan mampu memperbaiki diri dan emosi akan tetap mengendalikan diri Anda. Sebagaimana para peneliti saat ini juga menegaskan bahwa dengan berinfak (mengeluarkan sebagian harta) kepada fakir miskin dan membantu mereka memperoleh sesuatu mendapatkan ketenangan dan kenyamanan hidup, akan mengobati penaykit emosi yang ada dalam dirinya.
Bahwa sikap pemaaf atau toleran sangatlah urgen dan penting karena keduanya akan menjadi sarana penyembuh emosi dari akarnya, karena alasan utama yang ada di balik setiap emosi adalah perasaan bahwa orang lain telah menyakitinya dan kemudian mencoba bereaksi secara emosional terhadap mereka dalam bentuk balas dendam. Jika diputuskan untuk mengirim pesan kepada dirinya maka pada saat yang bersamaan dirinya harus mentolerir orang lain dan mengulangi pesan ini lalu menemukan diri agar selalu toleran dan memaafkan!
4 - Ada prosedur internal lain yang harus dilakukan yaitu perlawanan terhadap emosi dan berusaha memadamkan api dengan mengulangi pesan: "Aku harus menahan emosi sekecil apapun" .
Pesan ini akan menemukan jalannya akal bawah sadar yang merupakan kontrol utama emosi.
5 – Sebagaimana ada cara lain yang dapat dilakukan yaitu melakukan aktivitas apapun dan meyakini diri  bahwa perbuatan tersebut akan mengarah pada keberhasilan yang Anda inginkan, namun ketika hal tersebut gagal maka harus diubah dengan cara lain dan melakukan tindakan/aktivitas lain untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan. Karena yakin terhadap kesuksesan adalah bagian dari keberhasilan, maksudnya adalah bahwa  jika yakin akan berhasil dalam melakukan sesuatu maka keyakinan tersebut akan menjadi cara yang efektif untuk menuju keberhasilan dalam suatu pekerjaan.
Karenanya harus yakin dan sangat yakin bahwa kita memiliki kemampuan untuk menyembuhkan emosi sehingga penyakit ini akan hilang dengan mudah dan gampang, namun harus mengkomunikasikan diri dan terus-menerus mendorongnya untuk menghilangkan sikap emosi ini dan tidak keras kepala atasnya.
Otak kita adalah sebuah mesin yang selalu siap menerima perintah dan petunjuk, jika mesin ini diarahkan pada berbagai pesan yang bermanfaat secara terus-menerus maka akan berhasil menyembuhkan emosi dan sekali lagi,  kita harus yakin akan hal tersebut. Ya.. mesin ini akan menjawab secara bertahap, dan Anda akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi ini. Ingat jangan pernah meninggalkan pesan-pesan negatif atau gelap terhadapa otak Anda, namun berikan dan masukkan pesan-pesan yang positif dan cerah saja ke dalam otak Anda.
Sekarang, setelah kita melihat langkah-langkah perawatan secara ilmiah pada pemrograman otak manusia, bagaimana dengan pemrograman yang ada dalam Al-Quran?
Langkah-langkah perbaikan melalui kitab suci Al-Qur’an
Al-Qur’an telah memberitahukan kepada kita tentang sifat dan karakteristik surga yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bertaqwa:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
 “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. [Ali Imran: 133].
Namun apa saja karakteristik dan sifat orang-orang yang betaqwa?
Allah berfirman dalam ayat berikutnya:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. [Ali Imran: 134].
Ayat diatas mencakup tiga tindakan nyata dalam melakukan perbaikan diri dari emosi:
1 – Berinfak dari sebagian harta yang dimiliki pada orang miskin: Ini dibenarkan oleh para ulama bahwa yang demikian akan mendapatkan semacam stabilitas psikolog manusia: “Mereka yang berinfak pada waktu senang dan susah”.
2 – Berusaha untuk memadamkan api emosi dengan berbagai cara dan tidak mentolerirnya sehingga meluncur ke arah yang lain: Kaidah inilah yang  dikenal orang banyak dengan kedisiplinan diri (6): “Dan yang mampu menahan amarah”.
3 – Sebagaimana ayat diatas juga mencakup praktek sikap toleran dan memaafkan terhadap orang lain, hal inilah yang banyak ditegaskan oleh para ulama sekarang bahwa toleran dan pemaah adalah cara terbaik untuk mengatur emosi. “Dan orang-orang mudah memberikan maaf kepada orang lain”.
Kemudian akan kita baca dan bahas ayat selanjutnya dimana Allah berfirman:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
 “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran: 135).
Ayat diatas juga mencakup tiga langkah praktis untuk mengobati kezhaliman diri, dan kita semua tahu bahwa emosi dan terburu-buru serta ceroboh adalah jenis kezhaliman manusia terhadap dirinya sendiri. Adapun tiga langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1 - Pengakuan terhadap dosa dan kesalahan: ketika orang berimana melakukan kesalahan atau kezhaliman terhadap dirinya sendiri, emosi atau ceroboh dalam dalam melakukan suatu tindakan maka harus segera menyadari dan mengakui kesalahannya: “Mereka yang selalu memohon ampun terhadap kesalahan-kesalahan mereka”, Ayat tersebut menegaskan akan adanya pengakuan bersalah, karena mohon ampun dan meminta pengampunan Allah tidak akan terjadi kecuali setelah orang yang beriman merasa bersalah dan berdosa lalu bersegera mohon ampun kepada-Nya. Para peneliti menegaskan bahwa pengakuan bersalah terhadap diri sendiri adalah jalan menuju perbaikan diri. Namun Al-Quran memerintahkan kepada kita untuk mengakui dosa-dosa kepada Allah SWT semata!! Karena Dialah Zat yang paling mampu untuk memberikan kesembuhan.
2 –Yakin  bahwa emosi dan kesalahan ini dapat diobati: Para ulama menegaskan bahwa tingkat keyakinan pasien merupakan setengah dari pemulihan sekalipun banyak, dan inilah makna dari ayat Allah: “Dan tidak ada yang mampu memberikan ampunan kecuali Allah”Bahwa kata-kata memberikan perasaan percaya diri yang tinggi dan besarnya kemungkinan mendapat pengampunan dosa dan bahwasanya emosi ini mungkin tidak akan terulang lagi.
3 – Para ulama dan ilmuwan NLP juga menegaskan bahwa cara yang paling ideal untuk mengobati mental disorders dan emosi, adalah dengan memiliki kehendak yang cukup dan kuat untuk tidak mengulangi emosinya dan tidak keras kepala atasnya. Pertanyaannya adalah: Bukankah itu yang disebutkan dengan ayat ini: “Dan tidak bersikeras pada apa yang mereka lakukan?
Sekarang perhatikan teks Al-Quran:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ * وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ * أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
 “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,  (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah Sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal”. (Al-Imran: 133-136).
*AHC_admin
 



Sumber :
http://www.eramuslim.com/peradaban/quran-sunnah/misteri-marah-antara-sains-dan-quran.htm
http://tikars.blogspot.com/2012/07/cara-menghilangkan-rasa-marah-di-dada.html
http://kaheel7.com/id/index.php?option=com_content&view=article&id=85:kekuatan-kontrol-emosi--tinjauan-ilmiah-dan-imaniah-&catid=39:rahasia-al-quran-dan-al-sunnah&Itemid=58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar